NPM : 16211331
Kelas : 3EA12
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang
Pikir dalam kamus bahasa Indonesia berarti
akal budi, ingatan, angan – angan, kata dalam hati, kira, dan sangka. Berfikir
mencakup segala aktivitas mental, kita berfikir saat memutuskan barang apa yang
akan kita beli di toko. Kita berfikir saat melamun sambil menunggu mata kuliah
pengantar psikologi dimulai. Kita berfikir saat menulis artikel, menulis
makalah, puisi, membaca buku, menulis surat, merencanakan liburan, atau
menghawatirkan persahabatan yang terganggu, atau terkadang ada suatu problema
yang harus ia hadapi. Oleh karena itu, disini akan dibahas teori tentang
berfikir, antara berfikir dan bernalar, bahasa dan pikiran, dan macam – macam
berpikir.
B. Rumusan
maslah
Dalam makalah ini terdapat rumusan masalah,
antara lain :
1.
Apa
pengertian berpikir ?
2. Apa pengertian bernalar
3.
Apa
perbedaan antara berpikir dan bernalar ?
4.
Apa
saja macam – macam berpikir ?
5. Persyaratan bernalar
6. Macam-macam bernalar
C. Tujuan
pembahasan
Dari rumusan masalah diatas, terdapat
beberapa tujuan, antara lain :
1.
Untuk
mengetahui pengertian dari berfikir.
2. Untuk Mengetahui pengertian dari bernalar
3.
Untuk
mengetahui perbedaan antara berfikir dan bernalar.
4.
Untuk
mengetahui macam – macam berpikir
5.
Untuk
mengetahui persyaratan bernalar dan macam – macam bernalar
6. Untuk mengetahui macam – macam bernalar
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Berfikir
Berfikir adalah suatu kegiatan mental yang
melibatkan kerja otak. Kegiatan berfikir juga melibatkan seluruh pribadi
manusia dan juga melibatkan perasaan dan kehendak manusia. Memikirkan sesuatu
berarti mengarahkan diri pada objek tertentu, menyadari kehadirannya seraya
secara aktif menghadirkannya dalam pikiran kemudian mempunyai gagaan atau
wawasan tentang objek tersebut.
Berfikir juga berarti berjerih – payah secara
mental untuk memahami sesuatu yang dialami atau mencari jalan keluar dari
persoalan yang sedang dihadapi. Dalam berfikir juga termuat kegiatan meragukan
dan memastikan, merancang, menghitung, mengukur, mengevaluasi, membandingkan,
menggolongkan, memilah – milah, atau membedakan, menghubungkan, menafsirkan,
melihat kemungkinan – kemungkinan yang ada, membuat analisis dan sintesis, menalar,
atau menarik kesimpulan dari premis – premis yang ada, menimbang dan
memutuskan.
Kegiatan berfikir, biasanya dimulai ketika
muncul keraguan dan pertanyaan untuk dijawab atau berhadapan dengan persoalan
atau masalah yang memerlukan pemecahan. Kegiatan berfikir juga dirangsang oleh
kekaguman dan keheranan dengan apa yang terjadi atau dialami. Dengan
menimbulkan pertanyaan – pertanyaan untuk dijawab . jenis, banyak, sedikit, dan
mutu pertanyaan yang diajukan bergantung pada minat, perhatian, sikap ingin
tahu, serta bakat dan kemampuan subjek yang bersangkutan.
Setiap individu pasti memiliki cara berfikir
yang berbeda. Perbedaan dalam cara berfikir dan pemecahan masalah merupakan hal
yang nyata dan penting. Perbedaan ini mungkin sebagian disebabkan oleh factor
pembawaan sejak lahir dan sebagian lagi berhubungan dengan taraf kecerdasan seseorang.
Namun, jelas bahwa proses keseluruhan dari pendidikan formal dan pendidikan
informal sangat mempengaruhi gaya berfikir seseorang di kemudian hari, di
samping mempengaruhi pula mutu pemikirannya ( Leavitt, 1978 ).
Para ahli melihat ihwal berfikir ini dari
perspektif yang berlainan. Ahli – ahli psikologi asosiasi, misalnya, menganggap
bahwa berfikir adalah kelangsungan tanggapan – tanggapan ketika subjek berfikir
pasif. Plato beranggapan bahwa berfikir adalah berbicara dalam hati. Sehubungan
dengan pendapat plato , ada yang berpendapat bahwa berfikir adalah aktivitas
ideasional ( Woodworth dan Marquis, dalam Suryabrata, 1995:54 ). Pada pendapat
yang terakhir itu dikemukakan dua kenyataan, yakni :
Berfikir
adalah aktivitas, jadi subjek yang berfikir aktif, dan
Aktivitas
bersifat ideasional, jadi bukan sensoris dan bukan motoris, walaupun dapat
disertai oleh kedua hal itu, berfikir menggunakan abstraksi – abstraksi atau “
ideas”.
Piaget menciptakan teori bahwa cara berfikir
logis berkembang secara bertahap, kira – kira pada usia dua tahun dan pada
sekitar tujuh tahun. Ia menunjukkan bahwa pada anak-anak tidak seperti bejana
yang menuggu untuk diisi penuh dengan pengetahuan . mereka secara aktif
membangun pemahamanya akan dunia dengan cara berinteraksi dengan dunia.
Dalam islam, seruan berfikir memperhatikan
dan mengetahui tidak dikhawatirkan akan membawa dampak negative yang bertolak
belakang dengan kebenaran agama, sebab islam beranggapan bahwa kebenaran agama
tidak akan bertentangan dengan kebenaran rasio. Akidah haruslah berdasarkan
ilmu bukan dengan penyerahan diri secara buta.
Jadi, pada hakikatnya berikir merupakan ciri
utama bagi manusia untuk membedakan antara manusia dan mahkluk lain. Dengan
dasar berfikir ini, manusia dapat mengubah keadaan alam sejauh akal dapat
memikirkannya. Berfikir juga disebut sebagai proses bekerjanya akal, manusia
dapat berfikir karena manusia berakal. Akal merupakan intinya sebagai sifat
hakikat, sedangkan makhluk sebagai genus yang merupakan dhat, sehingga
manusia dapat dijelaskan sebagai makhluk yang berakal. Akal merupakan
slah satu unsur kejiwaan manusia untuk mencapai kebenaran, dismping rasa untuk
mencapai keindahan dan kehendak untuk mencapai kebaikan. Dengan akal inilah,
manusia dapat berfikir untuk mencari jalan yang hakiki.
B. Pengertian Bernalar
Penalaran berasal dari kata nalar yang
memiliki imbuhan pe – an. Dalam kehidupan sehari-hari tanpa disadari sebenarnya
kita menggunakan nalar. Nalar sama artinya dengan berpikir. Berdasarkan Kamus
Besar Bahasa Indonesia, penalaran adalah :
- Cara (perihal) menggunakan nalar; pemikiran atau cara berpikir logis; jangkauan pemikiran. Contoh : kepercayaan takhayul serta – yang tidak logis haruslah dikikis habis
- Hal yang mengembangkan atau mengendalikan sesuatu dengan nalar dan bukan dengan perasaan atau pengalaman
- Proses mental dengan mengembangkan pikiran dari beberapa fakta atau prinsip.
C. Berfikir
dan Bernalar
Menurut Sudarminta sesungguhnya berfikir
lebih luas dari sekedar bernalar. Bernalar adalah kegiatan pikiran untuk
menarik kesimpulan dari premis – premis yang sebelumnya sudah diketahui.
Bernalar ada tiga bentuk :
Induktif
:
proses penarikan kesimpulan yang berlaku umum ( universal ) dari rangkaian
kejadian yang bersifat khusus ( particular ).
Deduktif
: penarikan
kesimpulan khusus berdasarkan hukum atau pernyataan yang berlaku umum.
Abduktif
:
penalaran yang terjadi dalam merumuskan suatu hipotesis berdasarkan kemungkinan
adanya korelasi antara dua atau lebih peristiwa yang sebelumnya sudah diketahui.
Kegiatan bernalar merupakan aspek yang amat
penting dalam berfikir. Akan tetapi, menyamakan berfikir dengan bernalar,
seperti dikatakan Sudarminta, merupakan suatu penyempitan konsep berfikir.
Penalaran adalah kegiatan berfikir seturut asas kelurusan berfikir atau sesuai
dengan hukum logika. Penalaran sebagai kegiatan berfikir logis belum menjamin
bahwa kesimpulan ditarik atau pengetahuan yang dihasilkan pasti benar. Dalam
bernalar memang belum ada benar – salah. Yang ada adalah betul – keliru, sahih
atau tak sahih.
D. Macam-macam Berpikir
Secara garis besar, ada dua macam berpikir :
A. Berpikir Autistik
adalah proses berpikir yang sangat pribadi menggunakan simbol-simbol dengan makna yang sangat pribadi, contoh nya mimpi,menghaual atau wishful thinking.
B. Berpikir Realisik
adalah proses berpikir dalam rangka menyesuaikan diri dengan dunia nyata.
Menurut Rakhmat (1994;69) ada tiga macam berpikir Realistik :
A. Berpikir Autistik
adalah proses berpikir yang sangat pribadi menggunakan simbol-simbol dengan makna yang sangat pribadi, contoh nya mimpi,menghaual atau wishful thinking.
B. Berpikir Realisik
adalah proses berpikir dalam rangka menyesuaikan diri dengan dunia nyata.
Menurut Rakhmat (1994;69) ada tiga macam berpikir Realistik :
1. Berpikir Deduktif
Kata deduktif berasal dari deduksi. Maka berpikir deduktif adalah proses berpikir yang bertolak dari proposisi yang sudah ada, menuju proposisi baru yang berbentuk suatu kesimpulan.
2. Berpikir Induktif
Kata Induktif berasal dari induksi. Maka berpikir induksi adalah proses berpikir yang bertolak dari satu atau sejumlah fenomena individual untuk menurunkan suatu kesimpulan.
3. Berpikir Evaluatif
adalah berpikir secara kritis, menilai baik – buruknya, tapat atau tidak nya suatu gagasan.
E. Persyaratan
bernalar
Seseorang dapat dikatakan bernalar
jika ia sudah memenuhi syarat yang benar dalam bernalar. Adapun syarat-syarat
tersebut, yaitu :
- Suatu penalaran bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang akan sesuatu yang memang benar atau sesuatu yang memang salah.
- Dalam penalaran, pengetahuan yang dijadikan dasar konklusi adalah premis. Jadi semua premis harus benar. Benar di sini harus meliputi sesuatu yang benar secara formal maupun material. Formal berarti penalaran memiliki bentuk yang tepat, diturunkan dari aturan – aturan berpikir yang tepat sedangkan material berarti isi atau bahan yang dijadikan sebagai premis tepat.
F. Macam-macam
bernalar
Macam Penalaran
Penalaran dibedakan menjadi 2 jenis,
yaitu penalaran induktif dan penalaran deduktif. Pada tulisan ini, hal yang
akan dibahas adalah penalaran induktif.
Penalaran Induktif
Penalaran induktif merupakan
prosedur yang berpangkal dari peristiwa khusus sebagai hasil pengamatan empirik
dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat umum.
Penalaran ini lebih banyak berpijak pada observasi inderawi atau empiri.
Macam-macam Penalaran Induktif
1. Generalisasi
Generalisasi adalah penalaran
induktif dengan cara menarik kesimpulan secara umum berdasarkan sejumlah data.
Jumlah data atau peristiwa khusus yang dikemukakan harus cukup dan dapat
mewakili.
Contoh :
Pada pembagian nilai hasil ujian
Algoritma kelas 1KA19 dari 50 mahasiswa, hanya 10 mahasiswa yang mendapat nilai
dibawah rata-rata. Maka, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa kelas 1KA19 pintar.
Generalisasi sendiri dibagi menjadi
2 macam, yaitu :
a. Generalisasi Sempurna
Generalisasi sempurna adalah
generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki.
Contoh : Sensus penduduk.
b. Generalisasi Tidak Sempurna
Generalisasi tidak sempurna adalah
generalisasi dimana kesimpulan diambil dari sebagian fenomena yang diselidiki
diterapkan juga untuk semua fenomena yang belum diselidiki. Contoh : Semua
remaja perempuan di Indonesia menyukai Kpop.
2. Analogi
Analogi Induktif adalah suatu cara
berfikir yang di dasarkan pada persamaan yang nyata dan terbukti. Jika memiliki
suatu kesamaan dari yang penting, maka dapat disimpulkan serupa dalam beberapa
karakteristik lainnya. Apabila hanya terdapat persamaan kebetulan dan
perbandingan untuk sekedar penjelasan, maka tidak dapat dibuat suatu
kesimpulan. Tujuan dari analogi adalah :
- Untuk meramalkan kesamaan
- Untuk menyingkapkan kekeliruan
- Untuk menyusun klasifikasi
Contoh :
Desy berhasil lulus dengan nilai UAN
yang bagus karena belajar setiap hari, maka Desy akan lolos SNMPTN jika belajar
lebih giat setiap hari.
3. Hubungan Kausal
Hubungan kausal merupakan penalaran
yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan sebab-akibat. Sebab (
gagasan penjelasan) merupakan hal yang menjadika timbulnya sesuatu dan akibat (
gagasan pokok) adalah sesuatu yang merupakan hasil dari suatu peristiwa.
Terdapat 3 hubungan kausal, yaitu :
a. Sebab-Akibat, dimulai dengan
mengemukakan fakta yang menjadi sebab dan kesimpulan yang menjadi akibat. Pada
pola sebab ke akibat, gagasan pokok merupakan akibat, sedangkan gagasan
penjelas sebagai sebab.
Contoh : Masyarakat sekitar itu
selalu buang sampah ke kali yang mengakibatkan banjir setiap hujan turun.
b. Akibat-Sebab, dimulai dengan
fakta yang menjadi akibat, kemudian dari fakta itu dianalisis untuk mencari
sebabnya.
Contoh : Shinta tidak jadi datang ke
pesta ulang tahun temannya kemarin, sebab ia ketiduran.
c. Sebab-Akibat-Akibat, dimulai dari
suatu sebab yang dapat menimbulkan serangkaian akibat. Akibat pertama berubah menjadi
sebab yang menimbulkan akibat kedua, seterusnya hingga timbul rangkaian
beberapa akibat.
Contoh : Setiap Lebaran, hampir
semua penduduk Jakarta akan pulang ke kampung halamannya, sehingga banyak orang
yang beranggapan bahwa jalur pantura akan macet.
BAB III
PENUTUP
KesimpulanSarana ilmiah merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh yang berupa bahasa, logika, matematika dan statistik. Prosedur yang merupakan metode ilmiah sesungguhnya tidak hanya mencakup pengamatan dan percobaan seperti dikemukakan dalam salah satu definisi di atas. Masih banyak macam prosedur lainnya yang dapat dianggap sebagai pola-pola metode ilmiah, yaitu analisis (analysis), pemerian(description), penggolongan (classification), pengukuran(measurement), perbandingan(comparison), survei (survey).
Suatu proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan pengetahuan disebut penalaran. Penalaran deduktifadalah kegiatan berpikir yang berlawanan dengan penalaran induktif. Deduktif adalah penalaran atau cara berpikir yang menolak dari pernyataan-pernyataan yang bersifat umum, menarik kesimpulan yang bersifat khusus.
Dengan berpikir atau bernalar, merupakan suatu bentuk kegiatan akal/rasio manusia dengan mana pengetahuan yang kita terima melalui panca indera diolah dan ditujukan untuk mecapai suatu kebenaran…
Logika dan matematika merupakan dua pengetahuan yang selalu berhubungan erat, yang keduannya sebagai sarana berpikir deduktif. Bahasa yang digunakan adalah bahasa artifisial, yakni murni bahasa buatan. Baik logika maupun matematika lebih mementingkan bentuk logis pertanyaan-pertanyaannya mempunyai sifat yang jelas. Pola berpikir deduktif banyak digunakan baik dalam bidang ilmiah maupun bidang lain yang merupakan proses pengambilan kesimpulan yang didasarkan kepada premis-premis yang kebenarannya telah ditentukan.
Proses penalaran dapatlah disusun melalui observasi dan eksperimen, hipotesis ilmiah, verifikasi dan pengukuhan, teori dan hukum ilmiah.
Referensi
:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar