Selasa, 25 Maret 2014

Sekuntum Bunga Cantik Berwarna Ungu

Semalam, hujan membasahi jendela
Aku menuliskan namamu.
Semalam, denting pisau dan garpu, menjadi melodi indah dan sendu.

Jika aku harus amnesia
Jika aku harus melupakan semuanya..
Biarlah sekuntum bunga cantik, berwarna ungu yang menjadi satu-satunya, kenangan terindah.


Jika semalam hanya mimpi, bolehkah aku kembali tidur dan mengulanginya lagi?
Jika ini cinta, bolehkah aku menyimpannya? 


Jika kelak kita berjodoh,
tolong simpan senyum itu
Sekuntum bunga cantik.. Berwarna ungu.. 


Mungkin ada yang tak setuju,
dan tidak memberikan restu 


Tapi kamu tetap sekuntum bunga cantik berwarna ungu
Yang selamanya selalu dihatiku..


Jumat, 21 Maret 2014

Bahasa Indonesia 2 : Berpikir dan Bernalar

Nama : Rizki Arianto Marman
NPM  : 16211331
Kelas  : 3EA12


 
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Pikir dalam kamus bahasa Indonesia berarti akal budi, ingatan, angan – angan, kata dalam hati, kira, dan sangka. Berfikir mencakup segala aktivitas mental, kita berfikir saat memutuskan barang apa yang akan kita beli di toko. Kita berfikir saat melamun sambil menunggu mata kuliah pengantar psikologi dimulai. Kita berfikir saat menulis artikel, menulis makalah, puisi, membaca buku, menulis surat, merencanakan liburan, atau menghawatirkan persahabatan yang terganggu, atau terkadang ada suatu problema yang harus ia hadapi. Oleh karena itu, disini akan dibahas teori tentang berfikir, antara berfikir dan bernalar, bahasa dan pikiran, dan macam – macam berpikir.
B.     Rumusan maslah
Dalam makalah ini terdapat rumusan masalah, antara lain :
1.      Apa pengertian berpikir ?
2.   Apa pengertian bernalar
3.      Apa perbedaan antara berpikir dan bernalar ?
4.      Apa saja macam – macam berpikir ?
5.   Persyaratan bernalar
6.    Macam-macam bernalar


C.    Tujuan pembahasan
Dari rumusan masalah diatas, terdapat beberapa tujuan, antara lain :
1.      Untuk mengetahui pengertian dari berfikir.
2.   Untuk Mengetahui pengertian dari bernalar
3.      Untuk mengetahui perbedaan antara berfikir dan bernalar.
4.      Untuk mengetahui macam – macam berpikir
5.      Untuk mengetahui persyaratan bernalar dan macam – macam bernalar
6.   Untuk mengetahui macam – macam bernalar





BAB II
PEMBAHASAN


A.    Pengertian Berfikir
Berfikir adalah suatu kegiatan mental yang melibatkan kerja otak. Kegiatan berfikir juga melibatkan seluruh pribadi manusia dan juga melibatkan perasaan dan kehendak manusia. Memikirkan sesuatu berarti mengarahkan diri pada objek tertentu, menyadari kehadirannya seraya secara aktif menghadirkannya dalam pikiran kemudian mempunyai gagaan atau wawasan tentang objek tersebut.
Berfikir juga berarti berjerih – payah secara mental untuk memahami sesuatu yang dialami atau mencari jalan keluar dari persoalan yang sedang dihadapi. Dalam berfikir juga termuat kegiatan meragukan dan memastikan, merancang, menghitung, mengukur, mengevaluasi, membandingkan, menggolongkan, memilah – milah, atau membedakan, menghubungkan, menafsirkan, melihat kemungkinan – kemungkinan yang ada, membuat analisis dan sintesis, menalar, atau menarik kesimpulan dari premis – premis yang ada, menimbang dan memutuskan.
Kegiatan berfikir, biasanya dimulai ketika muncul keraguan dan pertanyaan untuk dijawab atau berhadapan dengan persoalan atau masalah yang memerlukan pemecahan. Kegiatan berfikir juga dirangsang oleh kekaguman dan keheranan dengan apa yang terjadi atau dialami. Dengan menimbulkan pertanyaan – pertanyaan untuk dijawab . jenis, banyak, sedikit, dan mutu pertanyaan yang diajukan bergantung pada minat, perhatian, sikap ingin tahu, serta bakat dan kemampuan subjek yang bersangkutan.
Setiap individu pasti memiliki cara berfikir yang berbeda. Perbedaan dalam cara berfikir dan pemecahan masalah merupakan hal yang nyata dan penting. Perbedaan ini mungkin sebagian disebabkan oleh factor pembawaan sejak lahir dan sebagian lagi berhubungan dengan taraf kecerdasan seseorang. Namun, jelas bahwa proses keseluruhan dari pendidikan formal dan pendidikan informal sangat mempengaruhi gaya berfikir seseorang di kemudian hari, di samping mempengaruhi pula mutu pemikirannya ( Leavitt, 1978 ).
Para ahli melihat ihwal berfikir ini dari perspektif yang berlainan. Ahli – ahli psikologi asosiasi, misalnya, menganggap bahwa berfikir adalah kelangsungan tanggapan – tanggapan ketika subjek berfikir pasif. Plato beranggapan bahwa berfikir adalah berbicara dalam hati. Sehubungan dengan pendapat plato , ada yang berpendapat bahwa berfikir adalah aktivitas ideasional ( Woodworth dan Marquis, dalam Suryabrata, 1995:54 ). Pada pendapat yang terakhir itu dikemukakan dua kenyataan, yakni :
  Berfikir adalah aktivitas, jadi subjek yang berfikir aktif, dan
  Aktivitas bersifat ideasional, jadi bukan sensoris dan bukan motoris, walaupun dapat disertai oleh kedua hal itu, berfikir menggunakan abstraksi – abstraksi atau “ ideas”.
Piaget menciptakan teori bahwa cara berfikir logis berkembang secara bertahap, kira – kira pada usia dua tahun dan pada sekitar tujuh tahun. Ia menunjukkan bahwa pada anak-anak tidak seperti bejana yang menuggu untuk diisi penuh dengan pengetahuan . mereka secara aktif membangun pemahamanya akan dunia dengan cara berinteraksi dengan dunia.
Dalam islam, seruan berfikir memperhatikan dan mengetahui tidak dikhawatirkan akan membawa dampak negative yang bertolak belakang dengan kebenaran agama, sebab islam beranggapan bahwa kebenaran agama tidak akan bertentangan dengan kebenaran rasio. Akidah haruslah berdasarkan ilmu bukan dengan penyerahan diri secara buta.
Jadi, pada hakikatnya berikir merupakan ciri utama bagi manusia untuk membedakan antara manusia dan mahkluk lain. Dengan dasar berfikir ini, manusia dapat mengubah keadaan alam sejauh akal dapat memikirkannya. Berfikir juga disebut sebagai proses bekerjanya akal, manusia dapat berfikir karena manusia berakal. Akal merupakan intinya sebagai sifat hakikat, sedangkan makhluk sebagai genus yang merupakan dhat, sehingga manusia dapat dijelaskan sebagai makhluk yang berakal.  Akal merupakan slah satu unsur kejiwaan manusia untuk mencapai kebenaran, dismping rasa untuk mencapai keindahan dan kehendak untuk mencapai kebaikan. Dengan akal inilah, manusia dapat berfikir untuk mencari jalan yang hakiki.

B.   Pengertian Bernalar
Penalaran berasal dari kata nalar yang memiliki imbuhan pe – an. Dalam kehidupan sehari-hari tanpa disadari sebenarnya kita menggunakan nalar. Nalar sama artinya dengan berpikir. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, penalaran adalah :
  1. Cara (perihal) menggunakan nalar; pemikiran atau cara berpikir logis; jangkauan pemikiran. Contoh : kepercayaan takhayul serta – yang tidak logis haruslah dikikis habis
  2. Hal yang mengembangkan atau mengendalikan sesuatu dengan nalar dan bukan dengan perasaan atau pengalaman
  3. Proses mental dengan mengembangkan pikiran dari beberapa fakta atau prinsip.
C.     Berfikir dan Bernalar
Menurut Sudarminta sesungguhnya berfikir lebih luas dari sekedar bernalar. Bernalar adalah kegiatan pikiran untuk menarik kesimpulan dari premis – premis yang sebelumnya sudah diketahui. Bernalar ada tiga bentuk :
  Induktif : proses penarikan kesimpulan yang berlaku umum ( universal ) dari rangkaian kejadian yang bersifat khusus ( particular ).
  Deduktif : penarikan kesimpulan khusus berdasarkan hukum atau pernyataan yang berlaku umum.
  Abduktif : penalaran yang terjadi dalam merumuskan suatu hipotesis berdasarkan kemungkinan adanya korelasi antara dua atau lebih peristiwa yang sebelumnya sudah diketahui.
Kegiatan bernalar merupakan aspek yang amat penting dalam berfikir. Akan tetapi, menyamakan berfikir dengan bernalar, seperti dikatakan Sudarminta, merupakan suatu penyempitan konsep berfikir. Penalaran adalah kegiatan berfikir seturut asas kelurusan berfikir atau sesuai dengan hukum logika. Penalaran sebagai kegiatan berfikir logis belum menjamin bahwa kesimpulan ditarik atau pengetahuan yang dihasilkan pasti benar. Dalam bernalar memang belum ada benar – salah. Yang ada adalah betul – keliru, sahih atau tak sahih.

D.    Macam-macam Berpikir
                  Secara garis besar, ada dua macam berpikir :
A. Berpikir Autistik
adalah proses berpikir yang sangat pribadi menggunakan simbol-simbol dengan makna yang sangat pribadi, contoh nya mimpi,menghaual atau wishful thinking.

B. Berpikir Realisik
adalah proses berpikir dalam rangka menyesuaikan diri dengan dunia nyata.
Menurut Rakhmat (1994;69) ada tiga macam berpikir Realistik :

1. Berpikir Deduktif
Kata deduktif berasal dari deduksi. Maka berpikir deduktif adalah proses berpikir yang bertolak dari proposisi yang sudah ada, menuju proposisi baru yang berbentuk suatu kesimpulan.

2. Berpikir Induktif
Kata Induktif berasal dari induksi. Maka berpikir induksi adalah proses berpikir yang bertolak dari satu atau sejumlah fenomena individual untuk menurunkan suatu kesimpulan.

3. Berpikir Evaluatif
adalah berpikir secara kritis, menilai baik – buruknya, tapat atau tidak nya suatu gagasan.

E.    Persyaratan bernalar
Seseorang dapat dikatakan bernalar jika ia sudah memenuhi syarat yang benar dalam bernalar. Adapun syarat-syarat tersebut, yaitu :
  1. Suatu penalaran bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang akan sesuatu yang memang benar atau sesuatu yang memang salah.
  2. Dalam penalaran, pengetahuan yang dijadikan dasar konklusi adalah premis. Jadi semua premis harus benar. Benar di sini harus meliputi sesuatu yang benar secara formal maupun material. Formal berarti penalaran memiliki bentuk yang tepat, diturunkan dari aturan – aturan berpikir yang tepat sedangkan material berarti isi atau bahan yang dijadikan sebagai premis tepat.

F.    Macam-macam bernalar
Macam Penalaran

Penalaran dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu penalaran induktif dan penalaran deduktif. Pada tulisan ini, hal yang akan dibahas adalah penalaran induktif.

Penalaran Induktif 

Penalaran induktif merupakan prosedur yang berpangkal dari peristiwa khusus sebagai hasil pengamatan empirik dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat umum. Penalaran ini lebih banyak berpijak pada observasi inderawi atau empiri. 

Macam-macam Penalaran Induktif

1. Generalisasi

Generalisasi adalah penalaran induktif dengan cara menarik kesimpulan secara umum berdasarkan sejumlah data. Jumlah data atau peristiwa khusus yang dikemukakan harus cukup dan dapat mewakili.
Contoh :
Pada pembagian nilai hasil ujian Algoritma kelas 1KA19 dari 50 mahasiswa, hanya 10 mahasiswa yang mendapat nilai dibawah rata-rata. Maka, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa kelas 1KA19 pintar.

Generalisasi sendiri dibagi menjadi 2 macam, yaitu :

a. Generalisasi Sempurna
Generalisasi sempurna adalah generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki. Contoh : Sensus penduduk.

b. Generalisasi Tidak Sempurna
Generalisasi tidak sempurna adalah generalisasi dimana kesimpulan diambil dari sebagian fenomena yang diselidiki diterapkan juga untuk semua fenomena yang belum diselidiki. Contoh : Semua remaja perempuan di Indonesia menyukai Kpop.

2. Analogi

Analogi Induktif adalah suatu cara berfikir yang di dasarkan pada persamaan yang nyata dan terbukti. Jika memiliki suatu kesamaan dari yang penting, maka dapat disimpulkan serupa dalam beberapa karakteristik lainnya. Apabila hanya terdapat persamaan kebetulan dan perbandingan untuk sekedar penjelasan, maka tidak dapat dibuat suatu kesimpulan. Tujuan dari analogi adalah :
  • Untuk meramalkan kesamaan
  • Untuk menyingkapkan kekeliruan
  • Untuk menyusun klasifikasi
Contoh :
Desy berhasil lulus dengan nilai UAN yang bagus karena belajar setiap hari, maka Desy akan lolos SNMPTN jika belajar lebih giat setiap hari.

3. Hubungan Kausal

Hubungan kausal merupakan penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan sebab-akibat. Sebab ( gagasan penjelasan) merupakan hal yang menjadika timbulnya sesuatu dan akibat ( gagasan pokok) adalah sesuatu yang merupakan hasil dari suatu peristiwa. Terdapat 3 hubungan kausal, yaitu :

a. Sebab-Akibat, dimulai dengan mengemukakan fakta yang menjadi sebab dan kesimpulan yang menjadi akibat. Pada pola sebab ke akibat, gagasan pokok merupakan akibat, sedangkan gagasan penjelas sebagai sebab.
Contoh : Masyarakat sekitar itu selalu buang sampah ke kali yang mengakibatkan banjir setiap hujan turun.

b. Akibat-Sebab, dimulai dengan fakta yang menjadi akibat, kemudian dari fakta itu dianalisis untuk mencari sebabnya.
Contoh : Shinta tidak jadi datang ke pesta ulang tahun temannya kemarin, sebab ia ketiduran.

c. Sebab-Akibat-Akibat, dimulai dari suatu sebab yang dapat menimbulkan serangkaian akibat. Akibat pertama berubah menjadi sebab yang menimbulkan akibat kedua, seterusnya hingga timbul rangkaian beberapa akibat.
Contoh : Setiap Lebaran, hampir semua penduduk Jakarta akan pulang ke kampung halamannya, sehingga banyak orang yang beranggapan bahwa jalur pantura akan macet.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Sarana ilmiah merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh yang berupa bahasa, logika, matematika dan statistik. Prosedur yang merupakan metode ilmiah sesungguhnya tidak hanya mencakup pengamatan dan percobaan seperti dikemukakan dalam salah satu definisi di atas. Masih banyak macam prosedur lainnya yang dapat dianggap sebagai pola-pola metode ilmiah, yaitu analisis (analysis), pemerian(description), penggolongan (classification), pengukuran(measurement), perbandingan(comparison), survei (survey).
Suatu proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan pengetahuan disebut penalaran. Penalaran deduktifadalah kegiatan berpikir yang berlawanan dengan penalaran induktif. Deduktif adalah penalaran atau cara berpikir yang menolak dari pernyataan-pernyataan yang bersifat umum, menarik kesimpulan yang bersifat khusus.
Dengan berpikir atau bernalar, merupakan suatu bentuk kegiatan akal/rasio manusia dengan mana pengetahuan yang kita terima melalui panca indera diolah dan ditujukan untuk mecapai suatu kebenaran…
Logika dan matematika merupakan dua pengetahuan yang selalu berhubungan erat, yang keduannya sebagai sarana berpikir deduktif. Bahasa yang digunakan adalah bahasa artifisial, yakni murni bahasa buatan. Baik logika maupun matematika lebih mementingkan bentuk logis pertanyaan-pertanyaannya mempunyai sifat yang jelas. Pola berpikir deduktif banyak digunakan baik dalam bidang ilmiah maupun bidang lain yang merupakan proses pengambilan kesimpulan yang didasarkan kepada premis-premis yang kebenarannya telah ditentukan.
Proses penalaran dapatlah disusun melalui observasi dan eksperimen, hipotesis ilmiah, verifikasi dan pengukuhan, teori dan hukum ilmiah.




Referensi :